BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai orang yang dewasa sekaligus seorang
pendidik, tugas yang paling utama adalah memberikan sarana dorongan belajar dan
memfasilitasinya ketika ia siap untuk mempelajari sesuatu. Pada tahun awal-awa
kehidupan merupakan suatu masa yang tepat bagi seorang anak untuk pembentukan
dan perkembangan (perkembangan fisik, mental maupun spiritual). Oleh karena
itu, orang tua dan pendidik sangat tepat untuk terlibat, mengetahui, memahami,
dan mengerti perkembangan anak usia dini.
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang unik. Anak memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), daya pikir,
daya cipta, bahasa dan komunikasi, yang tercangkup dalam kecerdasan
intelektual, emosional, spiritual yang sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Masa usia dini merupakan masa unik dalam
kehidupan anak karena merupakan masa perkembangan yang paling hebat dan utama.
Pendidikan anak usia dini memiliki efek kumulatif yang akan terbawa dan
mempengaruhi fisik dan mental anak selama hidupnya.
Menurut Slamet Suyanto (dalam Mansur, 2005)
menyatakan bahwa aspek perkembangan anak usia dini meliputi
fisik-motorik, intelektual, moral, emosional, bahasa, dan kreativitas.
Makalah ini disusun oleh penulis dengan harapan
agar pendidik mengetahui aspek-aspek perkembangan anak usia dini sehingga dapat
diarahkan
pada peletakan dasar yang tepat bagi perkembangan
manusia seutuhnya agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Dalam membantu anak agar dapat berkembang secara
optimal, maka dapat dilakukan stimulasi intelektual, dan penyediaan kesempatan
yang luas untuk mengeksplorasi dan belajar secara aktif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tahap-tahap perkembangan anak
usia dini menurut tokoh?
2. Apa saja aspek perkembangan anak usia dini?
C. Tujuan
1. Mengetahui tahap-tahap perkembangan anak usia
dini.
2. Mengetahui berbagai aspek perkembangan anak
usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tahap-Tahap Perkembangan Anak Usia Dini
Menurut MONTESSORI, pendidikan
dimulai sejak bayi lahir. Oleh karena itu, bayi pun harus dikenalkan pada
benda-benda, orang-orang, suara yang ada di sekitarnya. Bahkan, bayi juga harus
diajak untuk bercakap-cakap dan bercanda agar bayi dapat berkembang secara
sehat dan normal. Menurut MONTESSORI, ada beberapa tahap
perkembangan, yaitu:
1. Lahir - 3 tahun
Anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang telah mampu menyerap
pengalaman-pengalaman melalui sensorisnya.
2. 1½ - 3 tahun
Memiliki kepekaan bahasa sehingga sangat tepat untuk mengembangkan
bahasanya (berbicara-bercakap-cakap)
3. 2 - 4 tahun
Gerakan otot dapat dikoordinasi dengan baik (untuk hal yang rutin maupun
semi rutin), berminat pada benda-benda kecil, menyadari urutan waktu (pagi,
siang, dan malam).
4. 3 - 6 tahun
Peka untuk meneguhkan sensorisnya, memiliki kepekaan indrawi. Khusus pada
usia 3-4 tahun lebih peka untuk menulis dan usia 4-6 tahun memiliki kepekaan
untuk membaca.
Sedangkan, LAVENGEVELD menyatakan
bahwa tahap-tahap perkembangan anak meliputi:
1. 3½ -5 tahun
Masa pendidikan pendahuluan (menuruti dan meniru orang tua).
2. 3 - 6 tahun
Tahap Taman Kanak-kanak, yang hendaknya dicapai adalah
a. Berbahasa lisan (berbicara, bercerita)
b. Mengenal pola hidup keluarga (saya, keluarga,
dan sekolah)
c. Menguasai keterampilan untuk kebutuhan
sehari-hari (mandi, menggosok gigi, berganti pakaian, makan, dll).
d. Mengenal diri, keinginannya dan kehendaknya.
e. Mulai berkhayal (tidak dapat membedakan
khayalan dan kenyataan).
3. Kelas I dan II SD
Membaca buku cerita yang ada ekspresi seninya. Mengumpulkan benda-benda
kecil, dan bermain dengan teman sebaya.
B. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
1. Perkembangan Fisik – Motorik Anak Usia Dini
Perkembangan fisik motorik
meliputi perkembangan badan, otot kasar (gross muscle) dan otot halus
(fine muscle), yang selanjutnya disebut motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan
badan, seperti telah di jelaskan di muka meliputi empat unsur yaitu:
a. Kekuatan
b. Ketahanan
c. Kecekatan
d. Keseimbangan
Perkembangan motorik
meliputi perkembangan otot kasar dan otot halus. Otot kasar atau otot besar
ialah otot-otot badan yang tersusun dari otot lurik. Otot ini berfungsi untuk
melakukan gerakan dasar tubuh yang terkoordinasi oleh otak, seperti berjalan,
berlari, melompat, menendang melempar, memukul, mendorong, dan menarik. Oleh
karena itu, gerakan tersebut di kenal dengan istilah gerakan dasar.
Perkembangan motorik halus
meliputi perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot ini berfungsi untuk
melakukan gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti
menulis, melipat, merangkai, mengancing baju, mengikat tali sepatu, dan
menggunting. Berbagai kegiatan pembelajaran seperti melipat dan menggunting
kertas dapat melatih motorikhalus anak. Demikian pula menggambar bebas dengan
kuas besar, kuas kecil, dan mewarnai mengembangkan otot-otot halus pada jari
tangan. Hal itu akan sangat bermanfaat untuk melatih jari anak agar bisa
memegang pensil dan belajar menulis di kemudian hari.
Menurut Gesell dan Ames
(1940) serta lllingsworth (1983), perkembangan motorik pada anak mengikuti
delapan pola umum sebagai berikut.
a. Continuity (bersifat kontinu), di mulai dari
gerakan yang sederhana menuju ke yang kompleks sejalan dengan bertambahnya usia
anak.
b. Uniform sequence (memiliki pola tahapan yang
sama), semua anak memiliki pola tahapan yang sama meskipun kecepatan tiap anak
untuk mencapai tahapan tersebut berbeda
c. Maturity (kematangan), di pengaruhi oleh
perkembangan sel saraf. Sel saraf telah terbentuk saat anak lahir,
tetapi proses mielinasinya masih terus berlangsung sampai beberapa
tahun kemudian. Demikian pula otot
dan tulang sebagai alat gerak. Anak tidak dapat melakukan suatu gerak
motorik tertentu yang terkoordinasi sebelum proses mielinasi tercapai.
d. Umum ke khusus, yaitu di mulai dari gerak
yang bersifatumuk ke gerak yang bersifat khusus. Gerakan secara menyeluruh dari
badan terjadi lebih dahulu sebelum gerakan bagian-bagianya. Hal ini di sebabkan
karena otot-otot besar berkembang lebih dahulu di bandingkan otot-otot halus.
e. Di mulai dari gerak refleks bawaan ke arah
gerak yang terkoordinasi. Anak lahir ke dunia telah memiliki refleks, seperti
menangis bila lapar, haus, sakit atau merasa tidak enak. Refleks tersebut akan
berubah menjadi gerak yang terkoordinasi dan bertujuan. Misalnya orang dewasa
tidak lagi menangis hanya karena lapar
f. Bersifat chepalo caudal direction, artinya
bagian yang mendekati kepala berkembang lebih dahulu dibanding bagian yang
mendekati ekor. Otot pada leher berkembang lebih dahulu dari pada otot kaki.
g. Bersifat proximo-distal, artinya bahwa bagian
yang mendekati sumbu tubuh(tulang belakang)berkembang lebih dulu dari yang
lebih jauh.otot dan saraf lengan berkembang lebih dahulu dari pada otot jari.
Oleh karena itu anak TK menangkap bola dengan lengan, bukan dengan jari.
h. Koordinasi bilateral menuju crosslateral,
artinya bahwa koordinasi organ yang sama berkembang lebih dulu sebelum bisa
melakukan koordinasi organ bersilangan, contoh, pada saat anak TK melempar bola
tenis, tangan kanan terayun, di sertai ayunan kaki kanan. Berbeda
dengan orang dewasa, justru kaki kiri yang maju, diikuti ayunan tangan kanan.
2. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
a. Teori Piaget tentang Perkembangan Kognitif
Tahapan dalam perkembangan
intelektual (kognitif) yang dirumuskan oleh piaget berhubungan dengan pertumbuhan
otak. Menurut Piaget, otak manusia tidak berkembang sepenuhnya hingga masa
adolesen, bahkan otak laki-laki kadang tidak berkembang sepenuhnya hingga masa
dewasa awal.
Menurut Piaget, intelegensi
adalah dasar fungsi hidup yang membantu organism beradaptasi dengan lingkungan.
Piaget juga mengemukakan bahwa intelegensi adalah suatu bentuk keseimbangan
yang menjedi kecenderungan semua struktur kognitif. Piaget menekankan bahwa
anak-anak bersifat aktif dan merupakan penjelajah yang selalu ingin tahu.
Piaget meyakini bahwa ketidakseimbangan antara bentuk berpikir anak dan
kejadian dalam lingkungan, memaksa anak membuat penyesuaian mental yang
membuatnya dapat menyelesaikan pengalaman baru yang membingungkan dan kemudian
menghasilkan keseimbangan kognitif.
Piaget mendeskripsikan anak
sebagai seorang kontruktivis dimana jika mereka ingin mengetahui sesuatu,
mereka harus membangun pengetahuan tersebut sendiri.
b. Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut
Piaget
Piaget mengidentifikasi
empat periode utama dalam perkembangan kognitif, yaitu tahap sensorimotor (0-2
tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasi konkrit (7-11 tahun),
dan tahap
operasi formal (11 tahun
keatas). Tahap pertumbuhan intelektual akan menunjukkan tingkat kualitas yang
berbeda dari fungsi dan bentuk kognitif yang disebut tahap perkembangan
Invarian, yaitu semua anak mengalami kemajuan melalui tahap dalam urutan yang
persis sama tanpa melewati suatu tahap.
Menurut Piaget, urutan
tahap-tahap intelektual adalah tetap, namun dia menemukan bahwa ada perbedaan
individual yang besar pada tahun dimana anak masuk dari suatu tahap tertentu.
Rentangan pertumbuhan intelektual anak dipengaruhi oleh factor budaya dan
pengaruh lingkungan.
Tahap perkembangan anak usia
dini menurut Piaget hanya berada pada tahap Sensorimotor dan Praoperasional.
1) Tahap Sensorimotor ( 0-2 tahun)
Tahap sensorimotor yaitu
tahap dimana anak berumur sejak lahir hingga sekitar dua tahun. Pada tahap ini
merupakan periode dimana bayi dapat mengkoordinasikan input sensor dan
kemampuan geraknya untuk membentuk skema perilaku yang memungkinkannya bergerak
dalam lingkungan dan mengetahui lingkungannya.
Pada dua tahun pertama, bayi
berkembang dari makhluk yang berkembang dengan reflek dan dengan pengetahuan
yang sangat terbatas. Piaget membagi periode sensorimotor menjadi 6 sub tahap
yang menggambarkan transisi bertahap dari organism yang menggunakan reflek
menjadi organism yang bercermin pada diri sendiri.
2) Perkembangan Ketrampilan Memecahkan Masalah
Piaget memberi ciri pertama
dalam hidup bayi sebagai tahap kegiatan reflek, yaitu suatu periode dimana
perilaku bayo terbatas pada latihan reflek yang alami, menambahkan obyek baru
ke dalam skema refleksif, dan menghantarkan reflek kepada benda nyata. Pada
tahap ini merupakan permulaan dari perkembangan kognitif.
3) Perkembangan Imitasi (Peniruan)
Piaget menemukan adanya
adaptasi peniruan yang bermakna dimana bayi tidak mampu meniru respon asli yang
ditunjukkan oleh orang dewasa hingga usia 8-12 bulan. Pada usia 18-12 bulan
terdapat peniruan yang tertunda, yaitu kemampuan melakukan kembali perilaku
yang telah lama dicontohkan karena mereka sedang membangun mental simbolis,
atau imajinasi dari perilaku contoh yang tersimpan dan dimunculkan di lain
waktu. Tetapi, menurut pendapat para ahli lainnya menyatakan bahwa kapasitas
untuk penundaan peniruan yang memungkinkan bayi untuk menyusun, menyimpan, dan
kemudian memunculkan kembali mental simbolis ditunjukkan jauh lebih awal dari
yang telah dikemukakan Piaget.
4) Perkembangan Ketetapan Benda
Pada tahap ini merupakan
suatu pemikiran bahwa benda tetap ada ketika benda tersebut tidak lagi dapat
terlihat oleh indera lainnya, tetapi karena pada bayi usia 4-8 bulan sangat
tergantung pada panca indera dan kemampuan motorik untuk memahami suatu benda,
maka ia akan berpikir bahwa suatu benda ada apabila dapat diinderai.
Pada bayi usia 12-18 bulan,
konsep ketetapan benda meningkat meskipun belum lengkap, karena anak tidak
dapat membuat kesimpulan secara mental yang diperlukan untuk memahami
pemindahan benda dengan cara yang tidak telihat. Selanjutnya pada usia ini bayi
mampu secara mental menggambarkan pemindahan benda secara tak terlihat dan
menggunakan kesimpulan mental untuk memandu pencariannya terhadap benda yang
telah lama menghilang.
5) Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Pada saat anak memasuki
tahap ini, anak telah mengalami peningkatan drastic dalam perkembangan
intelektualnya pada penggunaan symbol (kata dan imajinasi) untuk menggambarkan
benda, situasi, dan kejadian. Symbol merupakan sesuatu yang mewakili sesuatu
yang lain.
Piaget mendeskripsikan bahwa
intelejensi praoperasional berfokus pada keterbatasan anak dalam berpikir. Anak
usia dini masih belum menguasai operasi kognitif yang memungkinkan mereka untuk
berpikir logis.
Pada tahap ini terdapat
periode prakonseptual yang ditandai dengan munculnya fungi simbolis, yaitu
kemampuan membuat suatu hal mewakili sesuatu yang lain. Pada periode ini
terjadi pergeseran dari keingintahuan segala sesuatu melalui tangan menuju kepada
perenungan.
Bahasa merupakan bentuk yang
paling jelas dari simbolisme yang diperlihatkan anak kecil. Sebagian besar bayi
mengucapkan kata pertama yang bermakna pada akhir tahun pertama, dan sebelum
usia 18 bulan bayi akan menunjukkan tanda lain dari simbolisme, yaitu
mengkombinasikan dua atau lebih kata untuk membentuk kalimat sederhana.
Perkembangan kognitif akan mendorong perkembangan bahasa anak. Bayi pada masa
pralinguistik dapat membentuk kategori konseptual jauh sebelum mereka mempunyai
kata-kata untuk menggambarkannya. Tanda kedua dari periode awal konseptual
adalah berkembangnya bermain pura-pura.
3. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
a. Tahap perkembangan bahasa
Dilihat dari perkembangan
umur yang dikaitkan dengan perkembangan kemampuan berbahasa individu, tahapan
perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam tahap-tahap sebagai berikut:
1) Tahap meraban (pralinguistik) pertama
Pada tahap meraban pertama,
selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi menangis, menjerit, dan tertawa,
seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis yang mungkin dibuat. Banyak pengamat
menandai ini sebagai tahap bayi menghasilkan segala bunyi ujaran yang dapat
ditemui dalam segala bahasa dunia.
2) Tahap meraban (pralinguistik) kedua
Tahap ini disebut juga tahap
kata omong kosong atau kata tanpa makna. Awal tahap maraban kedua ini biasanya
pada permulaan pertengahan kedua tahun pertama kehidupan. Anak-anak tidak
menghasilkan sesuatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka seolah-olah
mengatur ucapan-ucapan mereka sesuai dengan pola suku kata.
3) Tahap holofrastik (tahap linguistic pertama)
Pada usia sekitar 1 tahun
anak mulai mengucapkan kata-kata. Satu kata yang diucapkan oleh anak-anak harus
dipandang sebagai satu kalimat penuh sebagai rasa untuk menyatakan mau tidaknya
terhadap sesuatu. Anak menyatakan “mobil” dapat berarti “saya mau
mobil-mobilan”, “saya mau ikut naik mobil bersama ayah”, atau “saya mau minta
diambilkan mobil mainan”.
Karena terkadang muncul kedwimaknaan dalam ujarannya, maka perlu diamati benar apa yang dilakukan anak itu, barulah kita dapat menentukan apa yang dia maksudkan.
Karena terkadang muncul kedwimaknaan dalam ujarannya, maka perlu diamati benar apa yang dilakukan anak itu, barulah kita dapat menentukan apa yang dia maksudkan.
4) Ucapan-ucapan dua kata
Pada tahap ini pertama
sekali diucapkan dalam rangkaian yang cepat. Misalnya, anak-anak yang
mengucapkan “kucing” dan “papa” mungkin menunjuk kepada seekor kucing dan
diikuti oleh jeda sebentar, lalu kepada papa. Maknanya akan terlihat dari
urutan ‘kucing papa’. Segera setelah itu anak-anak akan mulai memakai
ucapan-ucapan dua kata seperti ‘baju mama’, ‘pisang nenek’, ‘saya mandi’, dan
sebagainya.
5) Pengembangan tata bahasa
Pada tahap ini anak mulai
mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat mulai bertambah, ucapan-ucapan yang
dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata jamak. Penambahan dan
pengayaan terhadap sejumlah dan tipe kata secara berangsur-angsur meningkat
sejalan dengan kemajuan dalam kematangan perkembangan anak.
6) Tata bahasa menjelang dewasa (tahap
pengembangan tata bahasa lengkap)
Pada tahap ini anak semakin
mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu
melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi,
dan kongjungsi. Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan pada periode ini
mencakup belajar mengenai berbagai kekecualian dari keteraturan tata bahasa dan
fonologis dalam bahasa terkait.
7) Kompetensi lengkap
Gaya bahasa mengalami
perubahan dan semakin lancar serta fasih dalam berkomunikasi. Keterampilan dan
performansi tata bahasa terus berkembang kea rah tercapainya kompetensi
berbahasa secara lengkap
b. Teori pemerolehan bahasa anak
1) Teori nativis
Teori ini menyatakan bahwa
faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa seseorang yaitu bawaan sejak lahir
dan faktor
biologis, bukan bukan
bentukan. Bukti mekanisme bahasa bawaan mencakup keseragaman dan keteraturan
dari kecenderungan untuk menghasilkan suara. Apapun bahasa yang dipelajari
anak-anak, berkembang melalui urutan yang sama, mengoceh, mengucapkan kata
pertama pada usia satu tahun, menggunakan kombinasi dua kata pada pertengahan
tahun kedua dan menguasai peraturan tata bahasa pada usia empat atau lima
tahun.
2) Teori kognitif
Menurut pandangan ini bahwa
perkembangan bahasa tergantung pada kemampuan kognitif tertentu, kemampuan
pengolahan informasi dan motivasi. Para ahli teori ini berpendapat bahwa
anak-anak berpembawaan aktif dan konstruktif, bahwa kekutan internal lebih
berpengaruh untuk kreativitas, kemampuan memecahkan masalah, tes hipotesis, dan
usaha anak untuk menemukan peraturan ucapan-ucapan yang mereka dengar.
3) Teori empirisme atau behaviorisme
Aliran empirisme atau
behaviorisme berpandangan bahwa kemampuan perkembangan berbahasa
seseorang tidak ditentukan oleh bawaan sejak lahir melainkan ditentukan oleh
proses belajar dari lingkungan sekitarnya. Jadi, menurut aliran ini proses
belajarlah yang sangat menentukan kemampuan perkembangan bahasa seseorang.
c. Pengaruh lingkungan terhadap bahasa
Lingkungan dimana seseorang
tinggal sangat berpengaruh dalam perilaku seseorang, misalnya bahasa. Dengan
terbentuknya
lingkungan yang baik akan mempunyai pengaruh yang besar papa anak usia
bicara, oleh karena itu hendaknya lingkunganmasyarakat lebih mengutamakan
lingkungan yang baik.
Sebuah pepatah mengatakan,
“anak bodoh jika dididik di lingkungan pandai, anak tersebut akan menjadi
pandai.”
Banyak ahli teori
berpendapat bahwa secara garis besar ibulah yang membentuk lingkungan berbahasa
secara dini. Untuk mengantisipasi menghadapi lingkungan dalam era
globalisasi, hendaknya pondasi anak itu dikuatkan di lingkungan keluarga dulu,
dengan bahasa yang baik dan agamis, sehingga begitu anak keluar bergaul di
lingkungan yang serba campuran sebagai kelompok, budaya dan sebagainya, maka
anak itu akan siap mengontrol diri.
4. Perkembangan Moral Anak Usia Dini
a. Pengertian Moral
Istilah moral berasal dari
kata latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan,peraturan/
nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan
untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral.
Seseorang dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan
nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Moral
Perkembangan moral seorang
anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya, terutama dari orang tuanya. Anak
memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya,terutama dari orangtuannya.
Dalam mengembangkan moral anak, peranan orang tua sangatlah penting, terutama
pada waktu anak masih kecil.
Beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan
moral anak, diantaranya:
a) Konsisten dalam mendidik anak
Ayah dan Ibu harus memiliki
sikap dan perlakukan yang sama dalam melarang atau membolehkan tingkah laku
tertentu kepada anak. Suatu tingkah laku anak yang dilarang apabila dilakukan
kembali pada suatu waktu,harus juga dilarang apabila dilakukan kembali pada
waktu lain.
b) Sikap orang tua dalam keluarga
Secara tidak langsung ,
sikap orang tua terhadap anak , sikap ayah terhadap ibu , atau
sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui
proses peniruan(imitasi). Sikap orang tua yang keras
(otoriter)cenderung melahirkan sikap disiplin pada anak, sedangkan sikap yang
acuh tak acuh , atau sikap masa bodoh, cenderung mengembangkan sikap kurang
bertanggung jawab dan kurang mempedulkikan norma pada diri anak. Sikap yang
sebaiknya dimiliki orang tua adalah sikap kasih sayang, keterbukaan ,
musyawarah, (dialogis), dan konsisten.
c) Penghayatan dan pengalaman agama yang dianut
Orang tua merupakan panutan
(teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam mengamalkan ajaran agama.
Orang tua yang menciptakan iklim yang religious (agamis), dengan cara
membersihkan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak, maka
anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.
d) Sikap konsisten orang tua dalam menerapkan
norma
Orang tua yang tidak
menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak jujur, maka mereka harus
menjauhkan dirinya dari perilaku berbohong atau tidak jujur. Apabila orang tua
mengajarkan kepada anak, agar berperilaku jujur , bertutur kata yang sopan,
bertanggung jawab atau
taat beragama, tetapi orang
tua sendiri menampilkan perilaku yang sebaliknya, maka anak akan mengalami
konflik pada dirinya, dan akan menggunakan ketidak konsisten orang
tua itu sebagai alasan untuk tidak melakukan apa yang diinginkan oleh
orang tuanya, bahkan mungkin dia akan berperilaku seperti orang tuanya.
2) Proses perkembangan moral
Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa
cara, yaitu:
a) Pendidikan langsung, yaitu melalui penanaman pengertian tentang
tingkah laku yang benar dan salah , atau yang baik dan yang baik dan yang buruk
oleh orang tua, guru atau orang dewasa lainnya. Disamping itu, yang yang paling
penting dalam pendidikan moral ini, adalah keteladanan dari orang tua , guru
atau orang dewasa lainnya dalam melakukan nilai-nilai moral.
b) Identifikasi, yaitu dengan cara mengidentifikasi atau
meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang menjadi idolanya
(seperti orang tua, guru, kyai, artis atau orang dewasa lainnya).
c) Proses coba-coba (trial dan error), yaitu dengan cara
mengembangkan tingkah laku moral secara coba-coba. Tingkah laku yang
mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus`di kembangkan, sementara
tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikannya.
3) Penalaran Moral
Mengenai Penalaran moral,
(Kohlberg, 1971 dalam C. Asri Budiningsih, 2001) mengungkapkan bahwa ada
kesatuan antara penalaran moral dengan perilaku moralnya. Dengan kata lain,
batapapun bermanfaatnya suatau perilaku moral terhadap nilai kemanusiaan, namun
jika perilaku tersebut tidak disertai dan didasarkan pada penalaran moral, maka
perilaku
tersebut belum dapat
dikatakan sebagai perilaku moral yang mengandung nilai moral. Suatu perilaku
moaral dianggap memiliki niali moral jika perilaku tersebut dilakukan secara
sadar atas kemauan sendiri dan bersumber dari pemikiran atau penalaran moral.
Penalaran moral merupakan
faktor penentu yang melahirkan perilaku moral (Kohlberg,1971 dalam C. Asri
Budiningsih, 2001). Oleh karena itu, untuk menemukan perilaku moral yang
sebenarnya, kita hanya dapat mempelajarinya melalui penalaran moral. Dengan
mengukur tingkat penalaran moral anak usia dini, pendidik akan dapat
mengetahui tinggi rendahnya moral tersebut. Penalaran moral
menekankan pada alasan mengapa suatu tindakan dilakukan, dari pada sekedar arti
suatu tindakan, sehingga dapat dinilai apakah tindakan tersebut baik atau buruk
(Setiono,1982) .
5. Perkembangan Sosio – Emosional Anak Usia Dini
Perkembangan sosial anak
dimulai dari sifat egosentrik, individual, ke arah interaktif
komunal. Pada mulanya anak bersifat egosentrik, hanya dapat
memandang dari satu sisi, yaitu dari dirinya sendiri. Ia tidak mengerti bahwa
orang lain bisa berpandangan berbeda dengan dirinya,maka pada usia 2-3 tahun
anak masih suka bermain sendiri. Selanjutnya anak mulai berinteraksi dengan
anak lain, mulai bermain bersama dan tumbuh sifat sosialnya. Perkembangan sosial
meliputi dua aspek penting, yaitu kopetensi sosial dan tanggung jawab sosial.
Kopetensi sosial menggambarkan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya secara efektif. Misalnya, ketika temannya menginginkan
mainan yang sedang ia gunakan, ia mau bergantian. Adapun tanggung
jawab sosial antara lain
ditunjukkan oleh komitmen anak terhadap tugas-tugasnya, menghargai
perbedaan individual, dan memperhatikan lingkungannya.
Emosi merupakan perasaan
atau efeksi yang melibatkan perpaduan antara gejolak fisiologis dan perilaku
yang terlihat. Minat, ketergantungan dan rasa muak atau jijik mucul pada saat
lahir, senyum sosial terlihat pada usia kira-kira 4 hingga 6 minggu. Kemarahan,
keheranan dan kesedihan terjadi pada kira-kira usia 5 hingga 7 bulan, rasa malu
terjadi pada kira-kira usia 6 hingga 8 bulan, rasa hina dan rasa bersalah
terlihat pada kira-kira usia 2 tahun. Pada dua tahun pertama orang tua dalam
keluarga, mempunyai peranan yang amat penting dan bersifat dominan dalam
mengembangkan aspek sosio-emosional anak. Seiring dengan bertambahnya usia
anak, maka perkembangan sosio-emosional dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
dimana anak melakukan sosialisasi. Perkembangan emosional bagi anak merupakan
sesuatu yang penting, bahkan lebih penting dari sekedar perkembangan kognitif.
Para pakar telah menyakini
bahwa IQ (kecerdasan otak) ternyata hanya memberi kontribusi 20%, sedangkan
yang lainnya adalah kecerdasan emosional (EQ), menurut Goleman kecerdasan
intelektual tak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan emosional.
Orang-orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan memiliki kemampuan
sosial secara mantap, mudah bergaul, ramah, tidak mudah takut atau gelisah dan
bersikap tegas dalam mengungkapkan perasaan mereka.
Adanya sifat egoisentrisme
yang tinggi pada anak disebabkaan anak belum dapat memahami perbedaan
perspektif pikiran orang lain. Menurut
anak, orang lain berpikir sebagaimana ia berpikir,hal itu ditunjukkan
dari pola bermain pada anak. Sampai usia tiga tahun anak lebih banyak bermain
sendiri (soliter play), baru kemudian mereka mulai bermain sejenis (parallel
play), mulai bermain karena melihat temannya bermain (on looking play)
dan kemudian bermain bersama (cooperative play).
Ada beberapa aspek
perkembangan sosio-emosional yang perlu dikembangkan pada anak usia
dini.Belajar bersosialis diri, yaitu usaha mengembangkan rasa percaya diri dan
rasa kepuasan bahwa dirinya diterima dikelompoknya. Belajar berekspresi diri,
belajar mengekspresikan bakat, pikiran dan kemampuannya tanpa harus dipengaruhi
oleh keberadaan orang dewasa. Belajar mandiri dan berdiri sendiri lepas dari
pengawasaan orang tua atau pengasuh. Belajar bermasyarakat, menyesuaikan diri
dengan kelompok dan mengembangkan keterbukaan. Belajar bagaimana berpartisipasi
dalam kelompok, bekerja sama, saling membagi, bergiliran, dan bersedia menerima
aturan-aturan kelompok. Belajar mengembangkan daya kepemimpinan anak. Maka
keluargalah berperan penting untuk mendidik anak tersebut.
Kemampuan sosio-emosional yang
harus dikuasai anak usia 3-4 tahun adalah sebagai berikut: anak dapat
menunjukkan ekspresi wajar saat marah, sedih, takut, dan sebagainya, bisa
menjadi pendengar dan pembicara yang baik, membereskan mainan setelah selesai
bermain, sabar menunggu giliran dan antri, mengenal peraturan dan mengikuti
peraturan, mengerti akibat jika melakukan kesalahan, memiliki kebiasaan yang
teratur.
Kemampuan yang ingin dicapai
dalam aspek pengembangan sosio-emosional adalah kemampuan mengenal lingkungan
alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat, menghargai keragaman sosial dan
budaya, serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar,
kontrol diri, dan rasa memiliki.
6. Perkembangan Seni Anak Usia Dini
Setiap manusia memiliki
naluri keindahan, begitu juga anak-anak. Naluri tersebut menjadi terarah atau
tidak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar anak. Pada anak usia
prasekolah, kemampuan mereka dalam menangkap keindahan sedang berkembang pesat.
Sat melihat, mendengar, meraba, anak akan merasa kagum, senang, bangga, dsb.
a. Tahapan Perkembangan Seni Anak
1) Mencoret
Secara garis besar, karakteristik tahapan mencoret ini adalah:
a) Anak usia 18 – 36 bulan
b) Anak-anak membuat coretan acak dan menjelajah
peralatan dengan cara bermain yang menyenangkan.
c) Penggambar menemukan dan menunjukkan
objek-objek yang telah dikenalnya dalam coretan acaknya dan memberikan nama.
Coretan belum
terkoordinasi Coretan terkoordinasi
2) Tahap Pra-Skematik
Pada tahap ini, anak mulai memahami
simbol yang dibuatnya untuk menggambarkan sesuatu tetapi gambarannya biasanya
tidak sesuai dengan maksudnya. Karakteristik pada tahap ini yaitu:
a) Terjadi pada usia 4 – 7 tahun.
b) Warna digunakan tidak berdasarkan kenyataan
dan anak-anak cenderung menggunakan warna kesukaannya.
c) Gambar orang sederhana dengan ciri-ciri
utama dengan badan yang kecil dan kepala yang besar.
d) Menggambar dengan sinar-X. misalnya menggambar rumah, maka perabot rumah
juga akan terlihat.
Gambar orang berkepala besar gambar
rumah
3) Tahap Skematik
Saat anak pindah ke tahap
ini, dia menggunakan garis, warna, dan ruanng untuk membantu
melukiskan ide-idenya pada objek dan orang-orang. Karakter anak yang memasuki
tahap ini ialah:
1) Dialami ana usia 7-9 tahun.
2) Anak-anak mempunyai skema tantang cara
menggambar.
3) Menggunakan warna dengan realistik.
4) Sering menggunakan warna pilihan sebagai
dasar pada peniruan pikiran dengan warna yang tepat pada suatu benda.
5) Ketika menggambar orang sudah lebih
proposional.
b. Musik dan Gerakan
1) Musik pada Anak Usia Dini
Interaksi anak dengan musik
memberikan akibat yang positif dalam kualitas hidup anak-anak. Anak-anak yang
membuat kegaduhan dengan memnuat bunyi-bunyian yang kurang mengenakan bagi
orang dewasa sedapatnya menyalurkan energinya untuk bermain musik. Namun, jika
berusaha mengetahui dengan mendengarkan secara seksama, bunyi-bunyian tersebut
pendidik dapat belajar megenal dan mengapresiasi musik pada anak usia dini.
Kegiatan musik dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu:
a) Menyanyi
Anak-anak senang mencoba
atau bereksperimen dengan suara mereka dan bunyi-bunyi yang mereka buat.
Pendidik harus menangkap dengan penuh semangat kesenangan alamiah dan antusias
ini.
b) Mendengarkan
Mendengarkan musik secara
hati-hati akan membantu anak memahami bagaimana mendengarkan untuk dapat
memahami lagu tersebut. Oleh karena itu sebaiknya disediakan musik
yang beragam. Pemilihan musik tersebut membawa dampak pada suasana hati dan meningkatkan
energi.
c) Irama
Kegiatan irama memberikan
anak-anak kesempatan untuk menjelajah bunyi yang teratur dan alunan suara
musik. Contohnya dalam permaianan pok ame-ame.
d) Memainkan alat-alat musik
Anak-anak sebaiknya
diberikan kesempatan untuk bermain ritmik dengan menggunakan alat-alat musik
seperti drum, triangle ataupun tamborin. Pada awalnya akan terdengar
sangat tidak beraturan, namun jika diberikan informasi dan diajarkan
tentang instrumen maka hal tersebut akan teratasi. Biarkan
anak-anak mendengarkan bunyi setiap alat dan bagaimana alat tersebut
menghasilkan bunyi sehingga anak-anak dapat mengidentifikasi bunyi dari setiap
alat musik tersebut.
2) Tahapan Perkembangan Musik Anak
a) Sebelum Lahir
Bayi dalam kandungan dapat mendengar suara sejak 20 minggu setelah
konsepsi.
b) 0 – 18 bulan
(1) Saat dilahirkan bayi dapat mendengar suara
yang tinggi dan mereka akan terkejut oleh suara yang keras atau bunyi yang
tiba-tiba.
(2) 4 minggu à mereka mengeluarkan suara lengkingan yang tinggi dan mulai
menanggapi bunyi atau suara.
(3) 3 bulanà mereka dapat menanggapi musik dengan aktif.
(4) 20 minggu àmulai mengenal suara yang dikenalnya.
(5) 6 bulan àmereka mulai menirukan suara.
(6) 28 minggu à mereka akan memandang ke arah bunyi dan mengucapkan beberapa bagian
bunyi.
(7) 9 bulan à mereka menanggapi lagu yang dikenal atau mengikuti pola melodi yang
sudah dikenal.
(8) 1 tahun à mulai kehilangan kapasitas untuk mendengarkan suara yang melengking
tetapi mulai menemukan bunyi yang teratur dan menciptakan
bunyi (membanting objek setiap hari).
(9) Beberapa bayi mengucapkan kata pertamanya
pada usia 8 bulan, beberapa lainnya pada 18 bulan atau lebih. Menyanyi
bersama-sama akan mempercepat proses ini.
c) 18 - 36 bulan
(1) 18 bulan
Perkembangan berbahasa dapat berkembang lebih lanjut melalui bernyanyi
dan meniru. Mampumembedakan keras-pelan, cepat-lambat. Mulai
menyadari tempo dan irama yang berbeda. Belajar kata-kata sederhana atau
koordinasi memainkan alat musik sederhana.
(2) 3 – 5 tahun
Mencoba menyanyikan lagu yang lebih kompleks sehingga kemampuan berbahasa
meningkat. Mampu mempelajari gerakan yang lebih rumit dalam mengikuti
musik.
(3) 5 -7 tahun
Mengembangkan ingatan yang lebih pada musik dengan mengulang lagu dan pola
dan memahami konsep lagu yang sederhana. Mereka mampu memainkan alat musik
perkusi sederhana.
3) Aspek-aspek yang dapat dikembangkan dengan
musik
a) Musik membantu anak mengelola perasaan
mereka.
b) Musik membantu perkembangan kognitif.
c) Musik membantu meningkatkan kesehatan fisik
dan mengembangkan keterampilan motorik.
d) Musik membantu mengembangkan apresiasi pada warisan budaya bangsa.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tahap-Tahap Perkembangan Anak Usia Dini
Menurut MONTESSORI, tahap
perkembangan meliputi:
a. Lahir - 3 tahun ditandai
dengan kepekaan sensoris yang dimiliki nak.
b. 1½ - 3
tahun memiliki kepekaan bahasa (sehingga tepat untuk mengembangkan
bahasanya).
c. 2 - 4 tahun gerakan otot dapat
dikoordinasi dengan baik , menyadari urutan waktu.
d. 3 - 6 tahun memiliki kepekaan
indrawi. Khusus pada usia 3-4 tahun lebih peka untuk menulis dan
usia 4-6 tahun memiliki kepekaan untuk membaca.
2. Aspek-aspek perkembangan anak usia dini
a. Perkembangan Fisik – Motorik Anak Usia Dini
Perkembangan fisik motorik
meliputi perkembangan badan, otot kasar (gross muscle) dan otot halus
(fine muscle), Perkembangan motorik meliputi perkembangan otot kasar dan otot
halus. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan dasar tubuh yang
terkoordinasi oleh otak, seperti berjalan, berlari,
melompat, dsb.Perkembangan motorik halus meliputi perkembangan otot
halus dan
fungsinya seperti menulis, mengancing baju, mengikat tali sepatu, dan
menggunting yang dapat melatih motorikhalus anak.
b. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
1) Teori Piaget tentang Perkembangan Kognitif
Tahapan dalam perkembangan
intelektual (kognitif) yang dirumuskan oleh piaget berhubungan dengan
pertumbuhan otak. Piaget menekankan bahwa anak-anak bersifat aktif dan
merupakan penjelajah yang selalu ingin tahu. Piaget mendeskripsikan anak
sebagai seorang kontruktivis dimana jika mereka ingin mengetahui sesuatu,
mereka harus membangun pengetahuan tersebut sendiri.
2) Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut
Piaget
Empat periode utama dalam
perkembangan kognitif, yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap
operasi konkrit, dan tahap operasi formal.
c. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Tahapan perkembangan bahasa meliputi:
1) Tahap meraban (pralinguistik) pertama
2) Tahap meraban (pralinguistik) kedua
3) Tahap holofrastik (tahap linguistic pertama)
4) Ucapan-ucapan dua kata
5) Pengembangan tata bahasa
6) Tata bahasa menjelang dewasa (tahap
pengembangan tata bahasa lengkap)
7) Kompetensi lengkap
d. Perkembangan Moral Anak Usia Dini
Seseorang dikatakan bermoral
apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang
dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Moral
Perkembangan moral seorang
anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya, terutama dari orang tuanya. Anak
memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya,terutama dari orangtuannya.
Dalam mengembangkan moral anak, peranan orang tua sangatlah penting, terutama
pada waktu anak masih kecil.
2) Proses perkembangan moral
Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa
cara, yaitu:
a) Pendidikan langsung,
b) Identifikasi,
c) Proses coba-coba (trial dan error)
e. Perkembangan Sosio – Emosional Anak Usia Dini
Perkembangan sosial anak
dimulai dari sifat egosentrik, individual, ke arah interaktif
komunal. Emosi merupakan perasaan atau efeksi yang melibatkan perpaduan
antara gejolak fisiologis dan perilaku yang terlihat. Beberapa aspek
perkembangan sosio-emosional yang perlu dikembangkan pada anak usia dini,
yaitu belajar bersosialis diri, belajar berekspresi diri, belajar
mengekspresikan bakat, pikiran dan kemampuannya tanpa harus dipengaruhi oleh keberadaan
orang dewasa, belajar mandiri dan berdiri sendiri lepas dari pengawasaan
orang tua atau pengasuh, belajar bermasyarakat, belajar bagaimana
berpartisipasi dalam kelompok.
f. Perkembangan Seni Anak Usia Dini
1) Tahapan Perkembangan Seni Anak
a) Mencoret
b) Tahap Pra-Skematik
c) Tahap Skematik
2) Musik
Kegiatan musik
dapat dikelompokkan menjadi:
a) Menyanyi
b) Mendengarkan
c) Irama
d) Memainkan alat-alat musi
3) Tahapan Perkembangan Musik Anak
a) Sebelum Lahir
b) 0 – 18 bulan
c) 18 - 36 bulan
d) 3 – 5 tahun
e) 5 -7 tahun
4) Aspek-aspek yang dapat dikembangkan dengan
musik
a) Musik membantu anak mengelola perasaan
mereka.
b) Musik membantu perkembangan kognitif.
c) Musik membantu meningkatkan kesehatan fisik
dan mengembangkan keterampilan motorik.
d) Musik membantu mengembangkan apresiasi pada warisan budaya bangsa.
B. SARAN
Sebagai seorang pendidik,
kita harus mengetahui perkembangan-perkembangan pada anak usia dini. Sehingga
dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menentukan cara yang
terbaik untuk mendidiknya sehingga ia mendapat pendidikan secara optimal.
Pengambilan keputusan yang tepat
dalam mendidik anak akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan ketika
anak itu dewasa.
DAFTAR RUJUKAN
Suryanto, Slamet.
2005. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Hikayat Publishing.
Mansur. 2011. Pendidikan
Anak Usia Dini dalam Islam. Jakarta: Pustaka Belajar.
Yusuf, S. 2006. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Aisyah, Siti, dkk. Perkembangan
dam Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar