SAINS UNTUK ANAK USIA DINI
Pengertian sains untuk anak usia dini
adalah bagaimana memahami sains berdasarkan sudut pandang anak . Karena jika
kita memandang dimensi sains dari kacamata anak, maka akan berimplikasi
pada kekeliruan-kekeliruan dalam menentukan hakikat sains bagi anak usia dini
yang berdampak cukup signifikan terhadap pengembangan pembelajaran sains itu
sendiri kepada mereka. Hal tersebut tentunya secara langsung maupun tidak
langsung akan berdampak pula pada proses dan produknya yaitu anak-anak itu
sendiri.
Kehidupan anak tidak dapat lepas dari sains, kreativitas dan
aktivitas sosial. Makan, minum, menggunakan berbagai benda yang ada di rumah
seperti radio, TV, dan kalkulator tidak lepas dari sains dan teknologi. Oleh
sebab itu, guru hendaknya dapat menstimulasi anak dengan berbagai kegiatan yang
terkait dengan sains dan teknologi. Untuk itu, seorang guru perlu mempelajari
konsep-konsep keilmuan dan cara pengajarannya. Pengenalan sains untuk anak pra
sekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk. Untuk anak prasekolah
keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain.
Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda,
baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar
menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut.
Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.
Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dari alat ukur nonstandar, seperti jengkal, depa atau kaki. Selanjutnya anak berlatih menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih menggunakan stuan yang akan memudahkan mereka untuk berfikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual anak.
Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.
Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dari alat ukur nonstandar, seperti jengkal, depa atau kaki. Selanjutnya anak berlatih menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih menggunakan stuan yang akan memudahkan mereka untuk berfikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual anak.
PENTINGNYA SAINS
Anak pada usia
dini sudah dikenalkankan dengan sains,
hal ini tentu saja mempertimbangkan pentingnya sains bagi anak. Di sini ada
beberapa hal yang membuktikan pentingnya pengenalan sains pada anak usia dini.
Leeper ( 1994 ) menyampaikan bahwa :
1. Pengembangan pembelajaran sains ditujukan agar anak memiliki kemampuan memecahkan
masalah yang dihadapinya melalui pengguanaan metode sains, sehingga anak – anak
terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapi.
2. Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak –
anak memiliki sikap ilmiah. Hal ini mendasar misalkan ; tidak cepat – cepat
dalam mengmabil keputusan, dapat melihat segala sesuatu dari berbagai sudut
pandang, berhati – hati terhadapa informasi – informasi yang diterimanya serta
bersifat terbuka.
3. Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak –
anak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah.
4. Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak –
nak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan
ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.
Dari uraian – uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa pentingnya sains adalah :
-
Membantu pemahaman anak tentang konsep
sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari – sehari.
-
Membantu melekatkan aspek – aspek yang
terkait dengan keterampilan proses sains, sehingga pengetahuan dan gagasan
tenatang alam sekitar dalam diri anak menjadi berkembang.
-
Membantu menumbuhkan minat pada anak
untuk mengenal dan mempelajari benda – benda serta kejadiandi luar
lingkungannya.
-
Memfasilitasi dan mengemabngkan sikap
ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja
sama, dan mandiri dalam kehidupan.
-
Membantu anak agar mampu menerapkan
berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala – gejala alam dan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari – hari.
-
Membantu anak agar mampu mengguanakan
teknologi sederhana yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang ditemukan
dalam kehidupan sehari – hari.
-
Membantu anak untuk dapat mengenal dan
memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan
keagungan Tuhan YME.
KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI
Pada dasarnya sejak anak usia
dini, manusia sudah memiliki kecenderungan dan kemampuan berpikir kritis.
Hal itu dijelaskan oleh Brewer Sebagai mahluk rasional dan pemberi
makna, manusia selalu terdorong untuk memikirkan hal-hal yang ada di
sekelilingnya. Kecenderungan manusia memberi arti pada berbagai hal dan
kejadian di sekitarnya merupakan indikasi dari kemampuan berpikirnya.
Kecenderungan ini dapat kita temukan pada seorang anak yang memandang
berbagai benda di sekitarnya dengan penuh rasa ingin tahu.
Kemampuan
kognitif anak usia 5 – 6 tahun adalah :
(1) sudah dapat memahami jumlah dan ukuran,
(2) tertarik dengan huruf dan angka.
Ada yang sudah mampu menulisnya atau menyalinnya, serta menghitungnya,
(3) telah mengenal sebagian warna,
(4) mulai mengerti tentang waktu, kapan
harus pergi sekolah dan pulang dari sekolah, nama-nama hari dalam satu minggu,
(5) mengenal bidang dan bergerak sesuai dengan bidang
yang dimilikinya,
(6) pada akhir usia 6 tahun, anak sudah
mulai mampu membaca, menulis dan berhitung.
Dengan pemahaman terhadap kondisi kognitif anak dan
kemampuan belajar yang tinggi yakni rasa ingin tahu tersebut,
Pembelajaran sains yang kondusif akan membuat anak mengenali lebih baik obyek
atau lingkungan yang dipelajarinya. Pembelajaran seperti itu akan membantu anak
mengenali secara langsung berbagai hal. Anak akan mengenal tantangan hidup dan
peluang-peluangnya. Dengan penyediaan pengalaman langsung melalui pembelajaran
sains, kekuatan intelektual anak menjadi terlatih secara simultan dan terus
menerus. Dengan sering mengamati, maka ketrampilan sains anak akan
berkembang.
Anak usia taman kanak-kanak telah memiliki kemampuan
dasar tentang matematika dan pengetahuan tentang alam sekitar , yang dikenal
dengan pengetahuan alam. Kemampuan dasar matematika ini dapat dilihat dari
kemampuan anak tersebut dalam konsep bilangan, menghitung pada batas tertentu
dan bahkan ada yang telah dapat melakukan operasi hitung secara sederhana.
Perkembangan pengetahuan alam sekitar (sains) pada anak ini, dapat dilihat dari
kemampuannya dalam menyebutkan nama objek yang ada disekitarnya, menjelaskan
tentang peristiwa yang terjadi dan yang akan terjadi, serta hal-hal lainnya.
Maka, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
sains anak usia dini adalah kegiatan pada anak usia dini, diantaranya:
kemampuan mengamati, mengklasifikasikan, menarik kesimpulan , mengkomunikasikan
dan mengaplikasikannya berdasarkan pengalaman sains yang diperolehnya.
PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK USIA DINI
Setiap anak berpotensi untuk menjadi seorang saintis, karena
anak-anak yang mengadakan kegiatan sains seringkali dapat melakukannya
secara mengejutkan. Tetapi kemampuan anak dalam penguasaan sains tergantung
pada fasilitator dalam hal ini orang tua, guru dan lingkungan. Pengembangan pembelajaran
sains akan menjadi pendidikan yang baik jika kita mampu mengindividualisasikan
sains pada anak secara baik, yaitu menjadi bersifat pribadi, melekat pada
kehidupannya, berkembang sesuai karakteristiknya serta sesuai dengan
kesanggupan anak.
Pembelajaran dalam area sains pada awalnya melibatkan
pengetahuan fisik dan pengetahuan logika matematika. Dimana anak-anak
menjelajahi sifat-sifat materi, mereka mencapai pengetahuan dari materi
tersebut melalui pengetahuan fisik. Kemudian mereka menciptakan hubungan antar
benda-benda tersebut , seperti pada saat mengelompokkan daun-daun, mereka
pada saat itu belajar logika matematika.
Proses saintifik adalah sebuah siklus dari pembentukan
hipotesis, mengumpulkan data, mengkonfirmasikan atau menolak berbagai hipotesis,
membuat generalisasi, kemudian mengulangi siklus. Ketrampilan dasar yang
digunakan dalam proses saintifik mencakup pengamatan, mengelompokkan dan
membandingkan, mengukur, mengkomunikasikan, melakukan eksperimen,
menghubungkan, menyimpulkan dan mengaplikasikan. Karena menyimpulkan dan
mengaplikasikan mensyaratkan berpikir yang lebih abstrak. Setiap ketrampilan
ini, pada saat diaplikasikan ke dalam program sains untuk anak usia dini akan
didiskusikan pada bagian berikut. Bagaimanapun harus benar belajar diingat
bahwa semua ketrampilan tersebut penting dalam pembelajaran secara umum. Semua
ketrampilan tersebut bahkan tidak hanya diaplikasikan dalam belajar sains.
Anak-anak harus dapat berpikir dalam tema-tema konkrit
operasional sebelum mereka dapat berpikir tentang berbagai objek yang memiliki
berbagai kategori sekaligus. Mayoritas anak-anak tidak dapat berpikir konkrit
pada usia dini. Guru dapat mendorong anak-anak untuk mengelompokkan berbagai
objek dan menjelaskan bagaimana berbagai objek tersebut dapat dikelompokkan.
Anak dapat mengelompokkan berbagai balok berdasarkan bentuk, kelompok
benda-benda tersebut dapat dimasukkan dalam area seni atau macam-macam tombol,
daun-daun, biji-bijian atau koleksi lainnya.
Anak yang duduk di taman kanak-kanak berada dalam fase
praoperasional. Suatu fase perkembangan kognitif yang ditandai dengan
berfungsinya kemampuan simbolis, kemampuan berpikir secara intuitif dan
berpusat pada cara pandang anak itu sendiri atau egosentris. Fase ini juga
meletakkan dasar bagi kemampuan matematika dan pengetahuan alam atau sains.
Kemampuan bahasa pada fase ini sudah cukup baik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan sains
anak usia dini khususnya TK B meliputi kemampuan untuk mengamati,
mengklasifikasi, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan masalah yang
dihadapinya melalui ketrampilan proses, Selain itu juga sikap rasa
ingin tahu juga dapat meningkatkan kemampuan sains anak usia anak TK B.
Pembelajaran sains di TK B tidak hanya diharapkan dapat membantu anak untuk
memperoleh sejumlah informasi, ide-ide, ketrampilan, nilai-nilai dan cara
berpikir juga cara mengekspresi dan mengkomunikasikannya.
KETERAMPILAN PROSES
Sains (IPA) hakikatnya terdiri dari dua komponen penting yang
satu sama lain saling menunjang yaitu komponen produk dan komponen proses.
Produk sains berupa pengetahuan, fakta, konsep dan hukum. Sedangkan
proses berupa ketrampilan dan sikap yang berhubungan dengan penyelidikan dan
penemuan.
Kata ketrampilan berasal dari kata terampil yang berarti
kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar, seorang yang dapat
melakukan sesuatu dengan cepat tetapi tidak benar tidak dapat dikatakan trampil
demikian pula apabila seseorang melakukannya dengan benar tetapi lambat belum
dapat dikatakan trampil. Lebih lanjut dijelaskan bahwa seseorang yang trampil
dalam suatu bidang tidak ragu-ragu melakukan pekerjaan tersebut seakan-akan
tidak pernah lagi dipikirkan bagaimana melaksanakannya, tidak ada lagi
kesulitan yang menghambat. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, ketrampilan
meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, mendengarkan
dan sebagainya sedangkan dalam pengertian yang sempit biasanya ketrampilan
lebih ditujukan berupa perbuatan. Beberapa ahli lain menjelaskan pengertian
ketrampilan merupakan perilaku yang tampak sebagai akibat perbuatan otot yang
digerakkan oleh sistem saraf dan disertai koordinasi yang memadai antara kerja
otot dan proses psikologi yang mengatur gerak itu.
Ketrampilan proses ini tidak tumbuh dan bekerja secara
otomatis, tetapi perlu dilatih agar tumbuh dan berkembang baik. Melalui
kegiatan-kegiatan sains yang dilakukan, anak akan menghayati proses ilmiah.
Sehingga dapat dikatakan, ketrampilan proses anak akan lebih berkembang dan
terlatih.Guru dapat merencanakan berbagai kegiatan aktif, yang dapat
mengembangkan ketrampilan proses. Hasilnya anak akan lebih mampu menerapkan
ketrampilan proses itu dalam kehidupan serhari-hari. Para ilmuwan dalam
menemukan suatu fakta atau teori tersebut melalui tahapan-tahapan kegiatan
tertentu yang disebut proses ilmiah yang menumbuh kemabangkan sikap ilmih,
sehingga terbentuk produk ilmiah yaitu ilmu pengetahuan alam (sains) yang
menjadi dasar dan melahirkan kemajuan-kemajuan teknologi yang bermanfaat bagi
kelangsungan hidup manusia .
Ketrampilan proses bukalah sesuatu yang khusus dalam sains,
karena ketrampilan tersebut merupakan ketrampilan biasa yang lazim dilakuakan
para ilmuwan atau orang-orang yang bergelut dalam sains, demikian juga dalam
pembelajaran sains hampir 75% dari pokok bahasan memerlukan ketrampilan proses,
walaupun ada juga pendekatan lain yang menunjang dan saling terkait dengan
pendekatan ini, tetapi semua itu selalu berorientasi pada cara belajar siswa
aktif yang mengembangkan ketrampilan proses suatu perolehan dengan isi, pesan,
rancangan dan arah yag jelas.
Langkah-langkah yang dilakukan para ilmuwan dalam usaha
mendapatkan pengetahuan tentang alam biasa dikenal dengan metode ilmiah. Nuryani
menyatakan bahwa ketrampilan-ketrampilan dasar yang dimiliki ilmuan
dalam melakukan kegiatan ilmiah dikenal dengan ketrampilan proses sains.
Harlen mendeskripsikan ketrampilan proses sebagai kegiatan-kegiatan siswa
yang dilakukan dalam belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan seluruh
kegiatan menjadi kesatuan yang tidak terpisah-pisah, misalnya dalam kegiatan
penyelidikan mulai dari melakukan pengamatan, menafsirkan hasil pengamatan dann
ketrampilan-ketrampilan selajutnya secara keseluruhan masing-masing ketrampilan
proses yang terlibat menjadi bagian dari keseluruhan ketrampilan dalam proses
penyelidikan tersebut. Menurut Conny Semiawan ketrampilan proses adalah
ketrampilan fisik dan mental yang dimiliki , dikuasai dan diterapkan oleh
ilmuwan.Ketrampilan proses adalah ketrampilan ilmiah yang mencakup ketrampilan
kognitif, ketrampilan psikomotor dan afektif.
Ketrampilan-ketrampilan ini dapat digunakan untuk menemukan
dan mengembangkan konsep serta menanamkan sikap ilmiah.
Aspek-aspek
ketrampilan proses meliputi :
1.
Observasi, mencakup ketrampilan melibatkan semua alat indra untuk meyatakan
sifat yang dimiliki oleh suatu benda atau objek
2.
Menafsirkan hasil pengamatan, melibatkan ketrampilan mencari hubungan antara
pengamatan dengan pernyataan ciri-ciri atau sifat suatu benda atau peristiwa
yang mudah diberi arti oleh orang lain.
3.
Mengelompokkan, memerlukan ketrampilan observasi
4.
Berkomunikasi, mencatat hasil pengamatan yang relevan dengan penyelidikan.
5.
Mengajukan pertanyaan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
apa yang ingin diketahuinya.
6.
Menyimpulkan (inferensi), merupakan ketrampilan memberikan penjelasan atau
interprestasi terhadap suatu data yang didasarkan atas pengetahuan dan
pengalaman awal.
Pembelajaran
sains berbasis ketrampilan proses adalah bentuk pembelajaran yang
mengintegrasikan ketrampilan proses ke dalam rangkaian aktivitas belajar guna
mengarahkan siswa pada proses pengetahuan secara mandiri.
RAMBU-RAMBU KEGIATAN SAINS UNTUK
ANAK
Kegiatan
pengenalan sains untuk anak prasekolah sebaiknya disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak. Guru/pendidik hendaknya tidak menjejalkan konsep sains
kepada anak, tetapi memberikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak
menemukan sendiri fakta dan konsep sederhana tersebut. Teori Experimental
Learning dari Carl Rogermengisyaratkan pentingnya pembelajaran yang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan anak. Menurutnya anak secara alamiah dengan
kapasitas dan kemauan untuk belajar. Fungsi pendidik hanyalah memfasilitasi dan
membantu agar anak dapat belajar secara optimal. Menurut Piaget (1972) anak
prasekolah usia 4-6 tahun berada pada fase perkembangan pra operasional dan
menuju konkret operasional. Untuk itu kegiatan sains sebaiknya disesuaikan
dengan tingkat perkembangan dan karakterstik anak tersebut.
Berikut ini merupakan rambu-rambu yang dapat menjadi acuan dalam pembelajaran sains :
1. Bersifat konkrit
Benda-benda yang digunakan bermain dalam kegiatan pembelajaran adalah benda yang konkrit (nyata). Pendidik tidak dianjurkan untuk menjejali anak dengan konsep-konsep abstrak. Pendidik sebaiknya menyediakan berbagai benda dan fasilitas lainnya yang diperlukan agar anak dapat menemukan sendirri konsep tersebut.
2. Hubungan sebab akibat terlihat secara langsung
Anak usia 5-6 tahun masih sulit menghubungkan sebab akibat yang tidak terlihat secara langsung karena pikiran mereka yang bersifat transduktif. Anak tidak dapat menghubungkan sebab-akibat yang tidak terlihat secara langsung. Jika anak melihat peristiwa secara langsung, membuat anak mampu mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi. Sains kaya akan kegiatan yang melatih anak menghubungkan sebab akibat.
3. Memungkinkan anak melakukan eksplorasi
Kegiatan sains sebaiknya memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda yang ada disekitarnya. Pendidik dapat menghadirkan objek dan fenomena yang menarik ke dalam kelas. Misalnya guru menghadirkan induk kucing dengan anaknya, atau ulat yang akan menjadi kepompong. Anak akn merasa senang memperhatikan perilaku dan perubahan yang terjadi terhadap binatang tersebut. Bermain dengan air, magnet, balon, suara atau bayang-bayang akan membuat anak sangat senang. Anak juga akan dapat menggunakan hampir semua panca indranya untuk melakukan eksplorasi atau penyelidikan.
4. Memungkinkan anak menkonstruksi pengetahuan sendiri.
Sains tidak melatih anak untuk mengingat berbagai objek, tetapi melatih anak mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan objek tersebut. Oleh karena itu kegiatan pengenalan sains tidak cukup dengan memberitahu definisi atau nama-nama objek, tetapi memungkinkan anak berinteraksi langsung dengan objek dan memperoleh pengetahuan dengan berbagai inderanya dari objek tersebut. Oleh sebab itu sangat tidak tepat jika memperkenalkan anak berbagai objek melalui gambar atau model. Anak membutuhkan objek yang sesungguhnya.
Berikut ini merupakan rambu-rambu yang dapat menjadi acuan dalam pembelajaran sains :
1. Bersifat konkrit
Benda-benda yang digunakan bermain dalam kegiatan pembelajaran adalah benda yang konkrit (nyata). Pendidik tidak dianjurkan untuk menjejali anak dengan konsep-konsep abstrak. Pendidik sebaiknya menyediakan berbagai benda dan fasilitas lainnya yang diperlukan agar anak dapat menemukan sendirri konsep tersebut.
2. Hubungan sebab akibat terlihat secara langsung
Anak usia 5-6 tahun masih sulit menghubungkan sebab akibat yang tidak terlihat secara langsung karena pikiran mereka yang bersifat transduktif. Anak tidak dapat menghubungkan sebab-akibat yang tidak terlihat secara langsung. Jika anak melihat peristiwa secara langsung, membuat anak mampu mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi. Sains kaya akan kegiatan yang melatih anak menghubungkan sebab akibat.
3. Memungkinkan anak melakukan eksplorasi
Kegiatan sains sebaiknya memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda yang ada disekitarnya. Pendidik dapat menghadirkan objek dan fenomena yang menarik ke dalam kelas. Misalnya guru menghadirkan induk kucing dengan anaknya, atau ulat yang akan menjadi kepompong. Anak akn merasa senang memperhatikan perilaku dan perubahan yang terjadi terhadap binatang tersebut. Bermain dengan air, magnet, balon, suara atau bayang-bayang akan membuat anak sangat senang. Anak juga akan dapat menggunakan hampir semua panca indranya untuk melakukan eksplorasi atau penyelidikan.
4. Memungkinkan anak menkonstruksi pengetahuan sendiri.
Sains tidak melatih anak untuk mengingat berbagai objek, tetapi melatih anak mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan objek tersebut. Oleh karena itu kegiatan pengenalan sains tidak cukup dengan memberitahu definisi atau nama-nama objek, tetapi memungkinkan anak berinteraksi langsung dengan objek dan memperoleh pengetahuan dengan berbagai inderanya dari objek tersebut. Oleh sebab itu sangat tidak tepat jika memperkenalkan anak berbagai objek melalui gambar atau model. Anak membutuhkan objek yang sesungguhnya.
5. Memungkinkan anak menjawab persoalan ”apa” dari pada ”mengapa”
Keterbatasan anak menghubungkan sebab akibat menyebabkan anak sulit menjawab pertanyan ”mengapa”. Pertanyaan tersebut harus dijawab dengan logika berfikir sebab akibat. Jika anak bermain dengan air di pipal lalu anak ditanya ”apa yang akan terjadi jika ujung pipa dinaikkan?”. Anak dapat menjawab, ”air akan mengalir melalui ujung yang lain yang lebih rendah.” tidak perlu anak ditanya ”mengapa jika ujung ini dinaikkan, air akan mengali ke ujung yang lebih rendah”? Hal itu tidak akan dapat dijawab oleh anak. Sering anak menerjemahkan pertanyaan ’mengapa” dengan ”untuk apa”, sehingga pertanyaan mengapa akan dijawab ”agar” atau ”supaya” .
6. Lebih menekankan proses daripada produk
Melakukan kegiatan eksplorasi dengan benda-benda akan sangat menyenangkan bagi anak. Anak tidak brfikir apa hasilnya. Oleh sebab itu guru tidak perlu menjejali nak dengan berbagai konsep sains atau mengharuskan anak untuk menghasilkan sesuatu dari kegiatan anak. Biarkan anak secara alami menemukan berbagai pengertian dari interaksinya bermain dengan berbagai benda. Dengan kata lain proses lebih penting daripada produk.
7. Memungkinkan anak mengunakan bahasa dan matematika
Pengenalan sains hendaknya terpadu ddengan disiplin ilmu yang lain, seperti bahasa, matematika, seni dan atau budi pekerti. Melalui sains anak melakukan eksplorasi terhadap objek. Anak dapat menceritakan hasil eksplorasinya kepada temannya (bahasa). Anak melakukan pengukuran, menggunakan bilangan, dan membaca angka (matematika). Anak dapat juga menggambarkan objek yang diamati dan meawarnai gambarnya (seni). Anak juga diajarkan mencintai lingkungan atau benda disekitarnya (budipekerti).
8. Menyajikan kegiatan yang menarik (the wondwer of science)
Sains menyajikan berbagai percobaan yang menarik seperti sulap. Anak-anak yang masih memiliki pikiran magis (/imagical reasoning) akan sangat tertarik dengan keajaiban tersebut. Misalnya air susu dicampur air sabun dan diberi tiga macam pewarna makanan, lalu diaduk. Dengan manmbahkan sedikit air soda, anak akan melihat air berbuih dan mengeluarkan gelembung seperti mendidih, menampilkan air warna warni yang menarik
MATERI DAN KEGIATAN SAINS
Ada
beberapa materi sains yang sesuai untuk anak prasekolah terutama usia 5-6
tahun. Pembelajaran topik-topik sains hendaknya lebih bersifat memberikan
pengalaman tangan pertama (first-hand experience) kepada anak, bukan
mempelajari konsep saians yang abstrak. Selain itu pembelajaran sains hendaknya
mengembangkan kemampuana observasi, klasifikasi, pengukuran, mengunakan
bilangan dan mengidentifikasi hubungan sebab akibat. Materi tersebut antara
lain:
1. Mengenal gerak
Anak sangat senang bermain dengan benda-benda yang dapat bergrak, memutar, menggelinding, melenting, atau melorot. Ada beberpa kegiatan untuk mengenalkan anak dengan gerakan, antara lain:
a. Menggelinding dan bentuk benda
Materi ini menyadarkan anak akan sebab-sebab timbulnya gerakan pada benda. Kemiringan papan, bentuk benda slilidris dan kotak, halus kasarnya permukaan benda ikut mempengaruhi kecepatan gerakan. Materi ini juga dapat melatih kemampuan observasi.
b. Menggelinding dan ukuran benda
Bermain dengan cara menggelindingkan benda-benda dengan berbagai ukuran akan membantu siswa untuk mengenal bahwa besar kecil, berat ringannya suatu benda akan mempengaruhi gerak benda tersebut. Meteri ini juga melatih kemampuan observasi pada anak.
2. Mengenal benda cair
Bermain dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Pendidik dapat mengarahkan permainan tersebut agar anak dapat memiliki berbagai pengalaman tentang air. Air senantiasa menyesuaikan bentuknya dengan bentuk wadahnya. Air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yng lebih rendah atau dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Berbagai kegiatan n dengn air, antara lain:
a. Konservasi volume
Kegiatan ini merupakan cara untuk melatih anak memahami isi atau volume benda cair. Anak Pra operasional belum dapat memahami konservasi volume (Piaget 1972). Oleh karena itu memperkenalkan anak dengan bejana yang dapat diisi akan membantu anak memahami konservasi volume. Sambil mengisi botol besar, lalu memindahkan ke botol yang lebih kecil dan sebalaiknya, anak belajar mengunakan bilangan untuk menghitung banyaknya air yang dimasukkan ke botol tersebut. Anak juga akan berlatih memahami pengertian lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan di luar kelas. Agar tidak basah, sebaiknya anak diminta memakai rompi plastik.
b. Tenggelam dan terapung
Kegiatan ini dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas. Jika di kelas, beri alas plastik dan koran agar air tidak mmbasahi tempat. Tujuan kegiatan ini adalah agar anak diberi pengalaman bahwa ada benda yang tenggelam an ada yang terapung. Anak sering mengira benda yang berukuran kecil terapung dan yang besar tenggelam. Tenggelam atau terapung tidak ditentukan oleh ukuran benda melainkan oleh berat jenis benda. .
c. Membuat benda terapung
Tujuan kegiatan ini addalah untuk mengenalkan pada anak bahwa benda yang tenggelam dapat dibuat terapung. Dari kegiatan ini pula anak akan memahami, mengapa perahu yang berat dapat terapung.
d. Larut dan tidak larut.
Sebagian benda larut ke dalam air dan sebagian lagi tidak. Gula, garam dan warna pada teh larut dalam air sehingga akan membentuk larutan. Jika larutan dibiarkan, maka akan membentuk endapan, kecuali jika airnya diuapkan semua. Benda lain tidak larut dalam air, seperti tepung, pasir dan minyak. Jika benda tersebut dicampur dengan air maka tidak akan membentuk larutan, tetapi membentuk campuran. Campuran kelihatan tidak homogen dan jika diendapkan, maka akan terlihat adanya endapan.
e. Air mengalir
Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah karena gravitasi bumi. Air dari tempat yang lebih rendah dapat dialirkan ke tempat yang lebih tingi dengan menambah tekanan, misalnya dengan pompa air. Anak sangat senang bermain dengan air mengalir dan memperoleh pengalaman langsung yang kelak akan berguna untuk mempelajari sains.
f. Mengenal sifat berbagai benda cair
Melalui kegiatan ini anak diperkenalkan bahwa benda cair itu bermacam-macam, tidak hanya air. Benda-benda cair itu juga memiliki sifat yang berbeda.
3. Mengenal timbangan (neraca)
Neraca sangat baik untuk melatih anakmenghubungkan sebab akibat karena hasilnya akan nampak secara langsung.jika beban di satu lengan timbangan di tambah, maka beban akan turun. Demikian pula jika beban di geser menjauhi sumbu. Berbagai benda memiliki massa jenis berbeda. Kapas dan spon memiliki massa jenis yang lebih kecil dibanding besi dan batu, meskipun batu dan besi ukurannya kecil tetapi akan lebih berat dari kapas atau spon.
4. Bermain gelembung sabun
Anak sangat menyukai bermain dengan gelembung sabun. Dengan menambahkan satu sendok gliserin pada dua liter air, larutan sabun, akan diperoleeh larutan yang sabun yang menakjubkan yang dapat digunakan untuk membentuk gelembung raksasa, jendela kaca, atau bentuknya lainnya dari busa..
5. Mengenal benda-benda lenting
Benda-benda dari karet pada umumnya memuliki kelenturan sehingga mampu melenting jika dijatuhkan. Demikian pulla benda dari kare yang diisi udara , seperi bola basket, bola voli dan bola plastik. Anak sangat senang bermin dengan benda-benda tersebut.
6. Mengenal Binatang
Binatang merupakan mahluk yang menarik bagi anak-anak karena mampu merespon rangsang. Anjing, misalnya mampu mengembalikan bnda-benda yang dilemparkan pemiliknya. Anak kucing akan mengejar dan menerkam benda-benda yang bergerak. Meskipun masih diperdebatkan dari segi sanaitasi dan higienisnya, memelihara hewan peliharaan dapat mengembangkan rasa kasih dan sayang pada anak. Melalui binatang anak akan belajar banyak tentang mahluk tersebut. Oleh karena itu di nagara-negara maju, kebun binatang dilengkapi dengan pojok sains (sains center) dimana anak dapat berinteraksi dengan bintang yang jinak dan bersih sambil memperlajarinya. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh anak jika berinteraksi dengan binatang. Pertama, anak belajar mengenal dan menghargai mahluk hidup, ia belajar bahwa mahluk hidup memerlukan makanan, papan dan kasih sayang. Kedua, anak belajar untuk menyayangi binatang yang pada akhirnya akan menumuhkan rasa kasih sayang pada mahluk hidup.
Masih banyak materi yang dapat membantu anak mengenal sains termasuk mengenal tubuh mereka sendiri. Guru dapat mengembangkan sendiri fenomena-fenomena yang ada dan yang terjadi di sekitar anak. Termasuk tumbuhan yang ada di sekitar mereka.
1. Mengenal gerak
Anak sangat senang bermain dengan benda-benda yang dapat bergrak, memutar, menggelinding, melenting, atau melorot. Ada beberpa kegiatan untuk mengenalkan anak dengan gerakan, antara lain:
a. Menggelinding dan bentuk benda
Materi ini menyadarkan anak akan sebab-sebab timbulnya gerakan pada benda. Kemiringan papan, bentuk benda slilidris dan kotak, halus kasarnya permukaan benda ikut mempengaruhi kecepatan gerakan. Materi ini juga dapat melatih kemampuan observasi.
b. Menggelinding dan ukuran benda
Bermain dengan cara menggelindingkan benda-benda dengan berbagai ukuran akan membantu siswa untuk mengenal bahwa besar kecil, berat ringannya suatu benda akan mempengaruhi gerak benda tersebut. Meteri ini juga melatih kemampuan observasi pada anak.
2. Mengenal benda cair
Bermain dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Pendidik dapat mengarahkan permainan tersebut agar anak dapat memiliki berbagai pengalaman tentang air. Air senantiasa menyesuaikan bentuknya dengan bentuk wadahnya. Air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yng lebih rendah atau dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Berbagai kegiatan n dengn air, antara lain:
a. Konservasi volume
Kegiatan ini merupakan cara untuk melatih anak memahami isi atau volume benda cair. Anak Pra operasional belum dapat memahami konservasi volume (Piaget 1972). Oleh karena itu memperkenalkan anak dengan bejana yang dapat diisi akan membantu anak memahami konservasi volume. Sambil mengisi botol besar, lalu memindahkan ke botol yang lebih kecil dan sebalaiknya, anak belajar mengunakan bilangan untuk menghitung banyaknya air yang dimasukkan ke botol tersebut. Anak juga akan berlatih memahami pengertian lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan di luar kelas. Agar tidak basah, sebaiknya anak diminta memakai rompi plastik.
b. Tenggelam dan terapung
Kegiatan ini dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas. Jika di kelas, beri alas plastik dan koran agar air tidak mmbasahi tempat. Tujuan kegiatan ini adalah agar anak diberi pengalaman bahwa ada benda yang tenggelam an ada yang terapung. Anak sering mengira benda yang berukuran kecil terapung dan yang besar tenggelam. Tenggelam atau terapung tidak ditentukan oleh ukuran benda melainkan oleh berat jenis benda. .
c. Membuat benda terapung
Tujuan kegiatan ini addalah untuk mengenalkan pada anak bahwa benda yang tenggelam dapat dibuat terapung. Dari kegiatan ini pula anak akan memahami, mengapa perahu yang berat dapat terapung.
d. Larut dan tidak larut.
Sebagian benda larut ke dalam air dan sebagian lagi tidak. Gula, garam dan warna pada teh larut dalam air sehingga akan membentuk larutan. Jika larutan dibiarkan, maka akan membentuk endapan, kecuali jika airnya diuapkan semua. Benda lain tidak larut dalam air, seperti tepung, pasir dan minyak. Jika benda tersebut dicampur dengan air maka tidak akan membentuk larutan, tetapi membentuk campuran. Campuran kelihatan tidak homogen dan jika diendapkan, maka akan terlihat adanya endapan.
e. Air mengalir
Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah karena gravitasi bumi. Air dari tempat yang lebih rendah dapat dialirkan ke tempat yang lebih tingi dengan menambah tekanan, misalnya dengan pompa air. Anak sangat senang bermain dengan air mengalir dan memperoleh pengalaman langsung yang kelak akan berguna untuk mempelajari sains.
f. Mengenal sifat berbagai benda cair
Melalui kegiatan ini anak diperkenalkan bahwa benda cair itu bermacam-macam, tidak hanya air. Benda-benda cair itu juga memiliki sifat yang berbeda.
3. Mengenal timbangan (neraca)
Neraca sangat baik untuk melatih anakmenghubungkan sebab akibat karena hasilnya akan nampak secara langsung.jika beban di satu lengan timbangan di tambah, maka beban akan turun. Demikian pula jika beban di geser menjauhi sumbu. Berbagai benda memiliki massa jenis berbeda. Kapas dan spon memiliki massa jenis yang lebih kecil dibanding besi dan batu, meskipun batu dan besi ukurannya kecil tetapi akan lebih berat dari kapas atau spon.
4. Bermain gelembung sabun
Anak sangat menyukai bermain dengan gelembung sabun. Dengan menambahkan satu sendok gliserin pada dua liter air, larutan sabun, akan diperoleeh larutan yang sabun yang menakjubkan yang dapat digunakan untuk membentuk gelembung raksasa, jendela kaca, atau bentuknya lainnya dari busa..
5. Mengenal benda-benda lenting
Benda-benda dari karet pada umumnya memuliki kelenturan sehingga mampu melenting jika dijatuhkan. Demikian pulla benda dari kare yang diisi udara , seperi bola basket, bola voli dan bola plastik. Anak sangat senang bermin dengan benda-benda tersebut.
6. Mengenal Binatang
Binatang merupakan mahluk yang menarik bagi anak-anak karena mampu merespon rangsang. Anjing, misalnya mampu mengembalikan bnda-benda yang dilemparkan pemiliknya. Anak kucing akan mengejar dan menerkam benda-benda yang bergerak. Meskipun masih diperdebatkan dari segi sanaitasi dan higienisnya, memelihara hewan peliharaan dapat mengembangkan rasa kasih dan sayang pada anak. Melalui binatang anak akan belajar banyak tentang mahluk tersebut. Oleh karena itu di nagara-negara maju, kebun binatang dilengkapi dengan pojok sains (sains center) dimana anak dapat berinteraksi dengan bintang yang jinak dan bersih sambil memperlajarinya. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh anak jika berinteraksi dengan binatang. Pertama, anak belajar mengenal dan menghargai mahluk hidup, ia belajar bahwa mahluk hidup memerlukan makanan, papan dan kasih sayang. Kedua, anak belajar untuk menyayangi binatang yang pada akhirnya akan menumuhkan rasa kasih sayang pada mahluk hidup.
Masih banyak materi yang dapat membantu anak mengenal sains termasuk mengenal tubuh mereka sendiri. Guru dapat mengembangkan sendiri fenomena-fenomena yang ada dan yang terjadi di sekitar anak. Termasuk tumbuhan yang ada di sekitar mereka.
MENUMBUHKAN JIWA SAINS ANAK USIA
DINI
Terkadang orang tua melupakan satu hal, bahwa anak adalah pribadi yang unik. Anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak memiliki hak untuk tumbuh, berkembang dan dihargai. Setiap anak memiliki pengalaman masing – masing, dan pasti pengalaman anak yang satu berbeda dengan anak yang lain. Setiap anak pasti mendapatkan pengalaman melihat, meraba, merasa, mendengar dan lain sebagainya, sehingga terjalin suatu hubungan antar sel otak, yang semakin lama semakin berkembang akan terjadi komunikasi yang lebih banyak, maka kemampuan belajar juga semakin baik.
Tidak hanya makanan, nutrisi dan gizi, yang mempengaruhi bagaimana perkembangan atau kelanjutan perkembangan anak kelak, akan tetapi juga ditentukan oleh stimulasi dari lingkungan yang kondusif akan membuat anak semakin berkembang dan semakin “kaya”. Setiap anak memiliki bakat tersendiri, salah satunya adalah sains. Sains bisa diberikan pada anak sejak usia 2 tahun. Karena pada dasarnya setiap anak memiliki jiwa sains.Hal ini terbukti dari jiwa dasar sains anak seperti :
Senang mengamati
Terkadang kita sering mendapati anak senang mengamati sesuatu, seperti benda dengan berbagai bentuk, warna yang mencolok atau sesuatu yang bergerak . Misalnya, anak suka mengamati mainan kicir angin dari kertas yang berwarna-warni.
Senang bertanya
Terkadang sebagai orang tua kita dibuat jengah dengan berbagai pertanyaan anak. Apapun yang ditemui, anak sering banyak bertanya. Tak jarang orang tua dibuat kewalahan mendapat pertanyaan “nyleneh” anak. – anaknya. Beberapa orang tua tidak sabar, lalu menjawab seadanya saja.
Memiliki rasa ingin tahu yang besar
Anak pada dasarnya memiliki keingintahuan yang besar. Misalnya, ia ingin tahu kenapa baling – baling bisa berputar, air bisa mengalir dan sebagainya.
Senang mencoba hal – hal baru
Karena memiliki keingintahuan yang besar, seringkali anak mencoba sesuatu yang baru, bahkan ia tidak menyadari bahwa “percobaan baru”nya cukup membahayakan keselamatan dirinya.Para orang tua hendaknya mendampingi anak dan memfasilitasi sifat dasarnya. Selain agar dapat memperluas wawasan, hal ini juga akan mengembangkan kecerdasan logis matematis , alam dan kreativitas anak – anak. Kegiatan sains pada anak usia dini pastilah berbeda dengan kegiatan sains orang dewasa. Kegiatan sains pada anak usia dini sangatlah sederhana, tetapi cukup menstimulasi daya pikir kritis dan kreativitas anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar